PERKEMBANGAN MEDIA ONLINE DALAM KONTEKS KEKINIAN
Media online atau online media adalah segala jenis media
yang menggunakan internet untuk menjalankan semua system operasinya,
misalnya situs berita, informasi hiburan, situs jejaring sosial, ataupun
blog.Media ini hadir karena bebarap factor (Ninok Leksono,Kompas) diantaranya :
– Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
– Perubahan gaya hidup masyarakat dalam hal konsumsi informasi,
– Respons industri media yang ingin tetap bertahan ditangah ketatnya persaingan,dan
– Perkembangan dunia jurnalistik ditengah berkambangnya dunia baru tersebut.
Mengingat saat ini internet sudah menjamur di masyarakat sehingga media online semakin berkembang pesat. Meski tetap ada masyarakat yang belum mengubah pola konsumsi informasinya namun sebagian besar masyarakat sudah memanfaatkan media online sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan informasi. Selain itu media online juga digunakan sebagai sarana untuk memajukan usaha, hal itu dibuktikan dengan semakin banyaknya online shop dan website yang ditujukan untuk masyarakat umum guna memperkenalkan perusahaan atau produk yang mereka pasarkan.
Tidak hanya untuk bisnis atau berwira usaha, media online juga dijadikan sebagai sarana untuk memperbanyak jaringan dan memperdekat hubungan jarak jauh. Media tersebut seperti facebook, twiter, yahoo messanger, dsb. Tidak jarang orang yang dapat bersilaturahmi dengan saudara atau teman-teman yang tinggalnya diluar kota atau bahkan luar negeri, yang mereka tidak mungkin dapat berinteraksi secara rutin dan efektif bila hanya mengandalkan telepon, namun dengna adanya media online segalanya bukan lagi menjadi persoalan. Selain itu juga banyak orang yang bisa berkenalan bahkan berjodoh dengan orang-orang luar negeri sebagai hasil dari aktif menggunakan media online.
Jejaring sosial juga sudah menjadi alat utama bagi banyak orang untuk bisa menunjukkan eksistensinya di tengah perkembangan telekomunikasi saat ini. Mereka berlomba-lomba untuk meng-update status atau kegiatan mereka sepanjang hari, dengan tujuan agar semua orang tahu tentang segala kegiatan yang dilakukannya, sehingga orang lain dapat melihat bagaimana kesibukan dirinya terkait dengan jabatan atau profesi yang digelutinya.
Di era saat ini kredibilitas dan kebonavitan suatu intansi atau perusahaan juga sangat ditentukan dari sejauh mana intansi/ perusahaan tersebut mampu mengikuti dan menguasai perkembagan media online step by step. Hal itu dapat ditunjukkan dengan website perusahaan, email yang digunakan, blog, dan juga layanan interaktif secara online yang dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses segala informasi dari intansi/perusahaan terkait.
Tidak mengherankan jika media online sangat pesat dalam perkembangannya. Sebab dengan hadirnya media online efektifitas dan efisiensi waktu sudah pasti lebih unggul dibandingkan dengan media massa lainnya. Ke aktualan berita dan oinformasi juga jauh lebih unggul dibandingkan surat kabar yang baru bisa menyajikan informasi hari ini untuk keesokan hari, bahkan televise juga masih ketinggalan , meski hanya berbeda dalam hitungan menit atau jam.
Selain alasan keaktualan banyak juga penyebab orang lebih memilih menggunakan media online sebagai sumber informasinya dari pada media yang lainnya. Factor tersebut diantaranya adalah dapat lebih menghemat biaya (budget), lebih mudah diakses, bisa interaktif atau tanya jawab pada saat itu juga, serta lebih muda di flas back ulang informasi atau berita yang ingin diulang.
Dari bebrapa contoh diatas dapat disimpulakna bahwa saat ini perkembangan media online tidak bisa diragukan lagi, media ini sudah hamper menguasai setengah dari masyarakat kita dalam mengkonsumsi berita dan informasi. Dan dapat dipastikan bahwa media online merupakan media paling efektif saat ini baik dalam bidang bisnis, pendidikan, pers dan bidang-bidang lain yang menuntut suatu informasi yang cepat dan tepat.
Terbaru
Headline
Rubrik
Event
Topik Pilihan
Prokontra
Masuk
PILIHAN
Fenomena Kekinian, Anak Berprestasi tapi Anti-Sosial
17 Januari 2015 08:31:47 Diperbarui: 17 Juni 2015 12:58:17 Dibaca : 626
Komentar : 3 Nilai : 9
Suatu ketika tiba-tiba mataku terbelalak dan tak percaya, tatkala
seorang anak yang sama sekali tak mematuhi orang tuanya. Tak hanya
kepada orang tuanya, terhadap saya sendiri yang sama-sama seorang
pendidik, ia malah acuh dan seolah-olah tak mengenal, meskipun tempat
tinggal kami berdekatan.
Sang anak seolah-olah merasa sudah mengetahui segalanya. Ketika kutanya
teman dekatnya, bahwa anak ini sebenarnya pintar di kelas, tapi karena
terlalu sibuk belajar ia menjadi over protektif tak peduli dengan
lingkungan. Ditambah lagi orang tuanya yang juga kurang begitu peduli
dng masyarakat di sekitarnya. Cukup sudah orang tua menjadi media
pembelajar yang justru menyesatkan anak.
Adalagi seorang anak dari salah satu PNS di tempat saya, ia sama sekali
tak pernah keluar rumah, kepergiannya hanya ke sekolah, bimbel dan
kursus. Jadi amat jarang bahkan tak pernah bertegur sapa dengan
lingkungan di sekitarnya. Sayang sekali, anak ini sukses dlm pendidikan,
tapi tak mengenal lingkungan di sekitarnya.
Menurut bentuk kepribadiannya boleh jadi prilaku ini disebut dengan
kepribadian antisosial, atau disebut antisocial personality disorder.
Yaitu kondisi mental kronis dimana cara berpikir seseorang, cara
mengamati situasi dan cara berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi
normal dan bahkan destruktif. Sebagaimana yang dirilis oleh
www.amazine.co.
Dampak dari kondisi ini seseorang yang mengalami kepribadian antisosial
biasanya tidak peduli dengan nilai benar dan salah, serta mengabaikan
hak-hak, keinginan dan perasaan orang lain. Maka muncullah seseorang
yang terlihat acuh tak acuh dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Mereka kurang respek terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan di
sekitarnya. Bahkan tak segan-segan melakukan pengerusakan jika apa yang
diinginkan tidak tercapai.
Amat mengerikan jika anak-anak kita, generasi muda adalah orang-orang
yang memiliki kepribadian antisosial.
Mungkin kejadian ini tak hanya saya yang mengalami, boleh jadi para
pembaca yang budiman juga merasakan fenomena anak-anak sekolah yang tak
lagi familier. Mereka merasa seperti superior di sekolahnya. Menjadikan
sosok yang super sibuk dalam belajar tapi minim sekali pergaulannya
dengan lingkungan.
Tak hanya dianggap sebagai anak sombong, karena ogah bertegur sapa,
karena meskipun di hari lebaran pun anak ini tak mau bersalaman dengan
para tamu. Ia bersembunyi dan asyik dengan dunianya sendiri.
Selaku orang yang kehidupannya sangat ketat dan super sibuk, mungkin
mendapati fenomena anak yang demikian tidak menjadi persoalan. Mereka
terbiasa hidup secara individual. Ala kota tepatnya. Kecenderungan
anak-anak kota memang tak lagi peduli dengan lingkungan sekitar.
Mereka asyik dengan dunia pendidikannya tapi kering dari kehidupan
sosial. Jangankan mau berbicara sekedarnya dan bertegur sapa,
menampakkan diri dan tersenyum ketika tamu datang pun amat sulit
dilakukan.
Inilah salah satu bentuk kemunduran tradisi yang mengajarkan nilai-nilai
etika dan kesopanan serta kesantunan. Tradisi yang diajarkan oleh para
sesepuh agar menjaga jalinan persaudaraan dan silaturrahmi. Yang tua
kenal dengan yang muda, dan sebaliknya yang muda juga mau bergaul dengan
yang tua. Ada unsur hubungan banyak arah yang menjadikan generasi muda
ini belajar hidup dalam lingkungan yang berbeda usia.
Ada pengalaman yang boleh jadi dapat dimanfaatkan oleh kaum muda ini.
Karena belum tentu kemampuan diri dalam mengenyam pendidikan searah
dengan kemampuan diri dalam membangun hubungan sosial. Padahal hubungan
sosial ini turut menjadi penyebab keberhasilan seseorang dalam membina
karirnya.
Dan anehnya lagi, meskipun sebenarnya adalah satu keluarga, mereka
merasa sudah tidak ada hubungan lagi lantaran kehidupan yang cenderung
menyita waktu dan perhatian. Masih beruntung masih menghormati dan patuh
pada orang tua, karena saat ini anak-anak muda seperti ingin melepaskan
ikatan emosional dengan orang tuanya, terlebih-lebih dengan masyarakat
di sekitarnya.
Entah, apakah ini benar-benar pengaruh dekadensi moral yang semakin
akut? Atau gejala kejiwaan yang memang masih labil jadi butuh perhatian
dan peringatan dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya agar si anak
bisa menjadi bagian kehidupan sosial di lingkungannya.
Benarkah perubahan prilaku kaum muda saat ini sekedar karena kondisi
kejiwaan bawaan anak atau pengaruh salah asuh orang tuanya?
Menurut Nur Faizah Rahmah dalam bukunya Mendesain Prilaku Anak Sejak
Dini menyebutkan bahwa ada 9 kekeliruan orang tua tatkala mendidik dan
mengasuh anak-anaknya.
Pertama, gaya komunikasi yang menyimpang. Menurut beliau, ada 12 gaya
komunikasi antara orang tua dan anak yang justru akan merusak
kepribadian anak. Namun dalam hal ini saya mengambil satu contoh
kesalahan orang tua (termasuk penulis sendiri) yang kadang kurang kita
sadari. Misalnya mengatakan "Tuh, kan tadi mama bilang juga apa. Enggak
denger, sih!".
Kalimat tersebut acapkali dianggap sudah benar oleh orang tuanya, tapi
sebenarnya kalimat ini hanyalah menyalahkan tanpa menunjukkan letak
kesalahan dan bagaimana mencegahnya. Seperti ketika anak tengah
asik-asiknya bergaul dengan sesama teman, tak disengaja pakaiannya kotor
akibat kesalahan dalam bermain.
Orang tua langsung menyalahkan anak dengan menghubungan kotornya pakaian
dengan proses pergaulan mereka. Tak ayal, akibat proses menyalahkan ini
anak menjadi serba salah, takut melakukan dan dampaknya mereka secara
perlahan enggan bergaul dan menganggap bahwa ketika mereka
bersosialisasi justru akan merugikan dirinya sendiri. Tanpa disadari
orang tua sudah merusak jiwa anak secara perlahan. Ada beberapa gaya
komunikasi lain yang benar-benar merusak prilaku anak meskipun dianggap
sederhana.
Kedua, label negatif. Salah satu kesalahan orang tua yang melabeli anak
dengan sifat-sifat negatif. Misalnya malas, ceroboh, boros, pelupa dan
lain-lain. Penulis juga memberikan contoh kalimat yang keliru dari orang
tuanya, seperti "Kalau mandi lama sekali. Dasar Pemalas!"
Kata-kata pemalas hakekatnya sudah menjatuhkan harga diri anak. Ketika
kata-kata ini selalu diucapkan, maka secara otomatis anak memiliki
kepribadian yang takut salah, minder dan tak berani melakukan sesuatu.
Pantas saja yang muncul adalah anak-anak yang selalu saja meminta
belaskasihan dan dorongan dari orang lain. Padahal secara usia
semestinya mereka benar-benar mandiri. Muncullah pribadi-pribadi yang
menutup diri dari orang-orang di sekitarnya lantaran merasa rendah diri
meskipun dalam lingkungan yang ramah sekalipun.
Ketiga, berlaku kasar pada pembantu rumah tangga
Mungkin saat ini kita merasa memiliki kuasa dan uang lantaran bisa
membayar pembantu, tapi seorang pembantu pun tak layak untuk
diperlakukan dengan kasar, terkait hak-haknya sebagai manusia pada
umumnya. Nah, kecenderungan keluarga yang kasar terhadap asisten rumah
tangga ini pun menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap prilaku
anak.
Anak akan menganggap apa yang dilakukan orang tuanya sudah benar.
Dampaknya tak hanya pembantunya yang diremehkan, karena orang lain di
lingkungannya pun acapkali dianggap tak selevel. Kondisi inipun menjadi
penyebab sang anak menjadi antisosial.
Keempat, acuh tak acuh pada tetangga. Kecenderungan masyarakat perkotaan
pada umumnya kurang begitu respek dengan masyarakat di sekitarnya.
Khususnya tetangga terdekat, lantaran kesibukan dan kurang begitu
mengenal satu sama lain. Tentu saja hal ini disebabkan karena latar
belakang penghuni blok tersebut berasal dari beberapa wilayah yg
berbeda.
Bahkan latar belakang suku, agama dan kebangsaan seseorang berbeda satu
dengan yang lainnya. Dampak yang muncul adalah kebiasaan untuk tak
saling bertegur sapa ini menjadi pemicu tumbuhnya anak-anak yang
antisosial. Mereka sama sekali tak peduli dengan orang-orang di
sekitarnya.
Seandainya mendapati orang yang terjatuh dari kendaraannya pun
barangkali akan membiarkannya tanpa mau membantunya sedikitpun. Sebuah
gejala masyarakat modern yang sama sekali jauh dari nilai-nilai etika
bermasyarakat.
Ada beberapa faktor lain yang tidak dapat saya sampaikan di sini, namun
hakekatnya kecenderungan anak-anak saat ini menjadi antisosial selain
dikarenakan faktor genetis, tapi pengaruh sosial khususnya keluarga
menjadi penyebab pembentukan prilaku ini menjadi semakin mudah terjadi.
Konklusi
Tak mudah memang membentuk prilaku anak agar mau bersosialisasi. Bukan
anak-anak antisosial. Apalagi keluarga tersebut tinggal di wilayah padat
penduduk yang jauh dari kesan akrab. Mereka hidup berdampingan tapi
sama sekali tak mengenal satu sama lainnya. Sifat lu lu gua gua menjadi
sebuah gaya hidup yang melekat dalam masyarakatnya.
Tapi sebenarnya semuanya diawali dari didikan dalam rumah tangga. Orang
tua selalu akan menjadi contoh bagi anak-anaknya bagaimana mereka
bergaul. Bagaimana mereka membangun hubungan kemasyarakatan dan menjalin
persaudaraan dalam silaturrahim akan dicontoh sang anak.
Ketika orang tua mampu memberikan contoh yang baik, maka akan
dimungkinkan anak pun meniru prilaku orang tua. Tapi sebaliknya jika
orang tua justru bersikap acuh tak acuh, maka jangan berharap
anak-anaknya menjadi sosok yang peduli dengan sesama.
Salam.
M. Ali Amiruddin
/maliamiruddin
TERVERIFIKASI
Orang desa yang nguli di sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus, dan
gurunya juga membutuhkan perhatian khusus. Dulu pernah sekolah di MTS
Ma'arif 3 Taman Cari Purbolinggo Lam-Tim, MA Ma'arif 8 Taman Cari
Purbolinggo Lam-Tim, Pernah ikut belajar di STAIN Jurai Siwo Metro
Lampung dengan predikat "Tidak Cumlaude" Alias biasa-biasa saja.
www.puisianaksd.wordpress.com www.maliamiruddin57.blogspot.co.id @fb: M
Ali Amiruddin @twitter : M. Ali Amiruddin @Linkedin : M. Ali Amiruddin
Selengkapnya...
IKUTI
Share
3
0
0
KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI
TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL orangtua psikologi kejiwaan maliamiruddin prilakuantisosial
pendidikananak antisosial edukasi humaniora
TANGGAPI DENGAN ARTIKEL
RESPONS : 0
NILAI : 9
Beri Nilai
Ryo Kusumo
Menarik
Gaganawati Stegmann
Inspiratif
Indira Revi
Bermanfaat
Muhammad Armand
Inspiratif
AF Yanda
Inspiratif
Isti
Aktual
Mahendra
Bermanfaat
Mike Reyssent
Inspiratif
Selanjutnya
KOMENTAR : 3
Isti 17 Januari 2015 15:25:48
sebab mereka hanya diisi satu sisi dengan mengabaikan sisi lainnya..
tak ada keseimbangan.
salam prihatin
Balas
Muhammad Armand18 Januari 2015 04:13:14
ceileh
anti sosial
beneren nih pak guru?
Balas
Gaganawati Stegmann19 Januari 2015 10:12:12
Memang susah didik anak, dan say ayqkin setiap orang tua
menginginkan yang terbaik untuk anaknya...
iQ sama EQ sebaiknya sejajar ... Manusia kan makhluk sosial ...
Voted
Ps; thank komen di artikel parcel ... Terima kasih sudah menyimak.
Balas
Advertisement
Featured Article
Memperingati Hari Pendidikan Nasional? Apa Tidak Salah?
Baskoro Endrawan 01 Mei
Headline
1
Cinta, Yogyakarta, dan Kenangan Masa Muda
Arif L Hakim 03 Mei 2016
2
Problematika Pejalan Kaki
Michel Irarya 03 Mei 2016
3
Balada Pajeko Tua di Selat Lembeh
Riecki Serpihan Kelana Pianaung 03 Mei 2016
4
Mengapa di Australia Tidak Ada Sarjana Pengangguran?
TJIPTADINATA EFFENDI 03 Mei 2016
5
[Blog Competition] Perlindungan Keluarga Lengkap dengan Satu Harga
Kompasiana 19 April 2016
Nilai Tertinggi
Mengapa di Australia Tidak Ada Sarjana Pengangguran?
TJIPTADINATA EFFENDI 03 Mei
Sebab FC. Bayern Akan Meredam Laju Atletico Madrid
elde 03 Mei
Perempuan Tanpa Air Mata
Seneng Utami 03 Mei
Ayahku Seorang Mantan NAPI
Seneng Utami 04 Mei
Seneng Utami Masih Tetap Istri Saya
Dian Kelana 03 Mei
Terpopuler
Diajak Debat Terbuka Takut, Didemo Ngumpet, di Depan Media Koar-koar
Kaya Jagoan
Wahy 03 Mei
Mengapa di Australia Tidak Ada Sarjana Pengangguran?
TJIPTADINATA EFFENDI 03 Mei
Kasus Sumber Waras: Seolah-olah Sudah Sesuai dengan Peraturan!
Suswinarno 03 Mei
Gubernur Sejuta Umat
A Jul 03 Mei
Warga Luar Batang, Jangan Terpancing Provokasi!
Yon Bayu 03 Mei
Tren di Google
Pak Jokowi dengan Sirene
purwanto_9gian 02 Mei 2016
Ada Apa dengan Petisi Menolak Ceramah Oki Setiana Dewi?
Badrul Munir,dr 01 Mei 2016
Hati-Hati! Pengguna Kartu Kredit Mega Carrefour (Part 1 / 3)
Heny Heny 18 Januari 2015
Ayahku Seorang Mantan NAPI
Seneng Utami 04 Mei 2016
Merinding, Hanya di Era Jokowi, Papua Nyatakan Setia pada NKRI
Asep Bahtiar Pandeglang 02 Mei 2016
Gres
Ketika Masjid Bernyanyi Tengah Malam
Fatih Abdul Aziz 04 Mei
Dinamika Pendamping Masyarakat dalam Memanfaatkan Sumber Mata Air untuk
Desa Rawan Air di Kabupaten Malang
Rodiah Astuti 03 Mei
Sharing Economy bagi Indonesia : Menguntungkan atau Merugikan?
kastratfkunpad 03 Mei
Siswa yang Maha
agung febriandy 03 Mei
Selamat Ulang Tahun Bobo Boni
niken nawang sari 03 Mei
Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/maliamiruddin/fenomena-kekinian-anak-berprestasi-tapi-anti-sos
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/maliamiruddin/fenomena-kekinian-anak-berprestasi-tapi-anti-sos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar