Selasa, 03 Mei 2016

Magang Untuk Menjadi Pekerja yang Profesional

      Style? Bahasa singkatnya sih penampilan, sebenernya penampilan magang di Perusahaan-perusahaan apapun gak terlalu rumit kok, hanya memakai kemeja putih, rok hitam untuk perempuan dan celana panjang untuk laki-laki, untuk alas kaki menggunakan sepatu pantopel hitam, jangan lupa kaos kaki yang tidak kepanjangan, karena itu bisa merusak kerapihan. Untuk laki-laki harus menggunakan ikat pinggang agar terlihat lebih rapi. Kadang sih suka di kasih tanda pengenal atau name tag dan yang terakhir biasanya diberikan almamater perusahaan untuk digunakan para mahasiswa magang agar terlihat mahasiswa tersebut sedang magang supaya gak tertukar sama karyawan yang kerja disana.


Saya memiliki informasi yang diambil dari salah salah satu pengalaman mahasiswa magang di PT*** yang terletak di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat. Salah satu mahasiswa tersebut adalah teman saya, dia magang di PT*** dibagian QS atau Quality Control. QS adalah bagian dari setiap perusahaan untuk melakukan uji coba untuk kelayakan Produk tersebut bisa digunakan untuk khalayak banyak atau tidak. Mahasiswa yang magang disana akan dikenali lingkungan-lingkungan kerja disana seperti bagian bagiannya apa saja. Diajarkan cara kerja yang baik, cara kerja yang jujur, dan cara kerja yang profesional.

Menurut teman saya PT*** sangat bersih dan selalu memberikan yang terbaik. Tetapi, memang pernah ada isu-isu yang beredar kalo di PT*** ini menggunakan minyak babi dan zat berbahaya dalam produknya. Ternyata itu hanya isu aja, semua terjamin halal dan kebersihannya sangat dipercaya. Mungkin kejadian itu hanya banyaknya persaingan keras di setiap perusahaan. Karena memang teman saya yang magang di PT*** tidak menemukan sedikitpun bukti kalo diperusahaan ini menggunakan minyak babi ataupun zat berbahaya.

Jadi, Semua yang diproduksi di PT*** selalu aman dan meminta persetujuan terlebih dahulu oleh MUI dan BPOM. Untuk kalian yang suka sama produk dr PT*** gausah takut lagi dan gak perlu ragu lagi dijamin kalian gak nyesel karena semua isu sudah diklarifikasi sendiri oleh manager perusahaan tersebut.

Untuk kalian mahasiswa yang lagi magang ataupun rencana mau magang harus magang yang benar jangan main-main. karena berpengaruh loh buat di dunia pekerjaan kalian nanti, kalo kalian sekarang masih main-main gimana kalian dalam dunia kerja yang sesungguhnya? kalian harus membiasakan diri untuk selalu giat dan tidak main-main ataupun bermalas-malasan. Didalam dunia kerja berbeda dengan sekolah, biasanya kan diawali dengan magang. Nah dari magang itu kalian terlihat, dari cara berpakaian, cara kerja, dan cara memecahkan masalah. Pasti setiap perusahaan menginginkan karyawannya memiliki kinerja kerja yang tinggi dan profesional. Maka dari itu terlihatlah di masa kalian magang kalian pantas atau tidak jika untuk dimasukan ke dalam perusahaan tersebut.

Kalian harus bersaing secara sehat dengan saingan-saingan yang lain untuk masuk ke dalam perusahaan-perusahaan yang kalian tuju. Berapa banyak mahasiswa yang lulus dalam satu tahun? apakah semua perusahaan akan menerima itu semua kan tidak semua. Oleh karen itu, disinilah kalian harus bener-bener melakukan yang terbaik dalam magang. Supaya dimasa kalian lulus kalian tidak rumit untuk mendapatkan pekerjaan karena memang kalian adalah para pekerja yang profesional dan pantas untuk mendapatkan pekerjaan itu.

MedSos Kekinian

PERKEMBANGAN MEDIA ONLINE DALAM KONTEKS KEKINIAN
            Media online atau online media adalah segala jenis media yang menggunakan internet untuk menjalankan semua system operasinya, misalnya situs berita, informasi hiburan, situs jejaring sosial, ataupun blog.
Media ini hadir karena bebarap factor  (Ninok Leksono,Kompas) diantaranya :
–          Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
–          Perubahan gaya hidup masyarakat dalam hal konsumsi informasi,
–          Respons industri media yang ingin tetap bertahan ditangah ketatnya persaingan,dan
–          Perkembangan dunia jurnalistik ditengah berkambangnya dunia baru tersebut.
Mengingat saat ini internet sudah menjamur di masyarakat sehingga media online semakin berkembang pesat. Meski tetap ada masyarakat yang belum mengubah pola konsumsi informasinya namun sebagian besar masyarakat sudah memanfaatkan media online sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan informasi. Selain itu media online juga digunakan sebagai sarana untuk memajukan usaha, hal itu dibuktikan dengan semakin banyaknya online shop dan website yang ditujukan untuk masyarakat umum guna memperkenalkan perusahaan atau produk yang mereka pasarkan.
Tidak hanya untuk bisnis atau berwira usaha, media online juga dijadikan sebagai sarana untuk memperbanyak jaringan dan memperdekat hubungan jarak jauh. Media tersebut seperti facebook, twiter, yahoo messanger, dsb. Tidak jarang orang yang dapat bersilaturahmi dengan saudara atau teman-teman yang tinggalnya diluar kota atau bahkan luar negeri, yang mereka tidak mungkin dapat berinteraksi secara rutin dan efektif bila hanya mengandalkan telepon, namun dengna adanya media online segalanya bukan lagi menjadi persoalan. Selain itu juga banyak orang yang bisa berkenalan bahkan berjodoh dengan orang-orang luar negeri sebagai hasil dari aktif menggunakan media online.
Jejaring sosial juga sudah menjadi alat utama bagi banyak orang untuk bisa menunjukkan eksistensinya di tengah perkembangan telekomunikasi saat ini. Mereka berlomba-lomba untuk meng-update status atau kegiatan mereka sepanjang hari, dengan tujuan agar semua orang tahu tentang segala kegiatan yang dilakukannya, sehingga orang lain dapat melihat bagaimana kesibukan dirinya terkait dengan jabatan atau profesi yang digelutinya.
Di era saat ini kredibilitas dan kebonavitan suatu intansi atau perusahaan juga sangat ditentukan dari sejauh mana intansi/ perusahaan tersebut mampu mengikuti dan menguasai perkembagan media online  step by step. Hal itu dapat ditunjukkan dengan website perusahaan, email yang digunakan, blog, dan juga layanan interaktif secara online yang dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses segala informasi dari intansi/perusahaan terkait.
Tidak mengherankan jika media online sangat pesat dalam perkembangannya. Sebab dengan hadirnya media online efektifitas dan efisiensi waktu sudah pasti lebih unggul dibandingkan dengan media massa lainnya. Ke aktualan berita dan oinformasi juga jauh lebih unggul dibandingkan surat kabar yang baru bisa menyajikan informasi hari ini untuk keesokan hari, bahkan televise juga masih ketinggalan , meski hanya berbeda dalam hitungan menit atau jam.
Selain alasan keaktualan banyak juga penyebab orang lebih memilih menggunakan media online sebagai sumber informasinya dari pada media yang lainnya. Factor tersebut diantaranya adalah dapat lebih menghemat biaya (budget), lebih mudah diakses, bisa interaktif atau tanya jawab pada saat itu juga, serta lebih muda di flas back ulang informasi atau berita yang ingin diulang.
Dari bebrapa contoh diatas dapat disimpulakna bahwa saat ini perkembangan media online tidak bisa diragukan lagi, media ini sudah hamper menguasai setengah dari masyarakat kita dalam mengkonsumsi berita dan informasi. Dan dapat dipastikan bahwa media online merupakan media paling efektif saat ini baik dalam bidang bisnis, pendidikan, pers dan bidang-bidang lain yang menuntut suatu informasi yang cepat dan tepat.
Terbaru Headline Rubrik Event Topik Pilihan Prokontra Masuk PILIHAN Fenomena Kekinian, Anak Berprestasi tapi Anti-Sosial 17 Januari 2015 08:31:47 Diperbarui: 17 Juni 2015 12:58:17 Dibaca : 626 Komentar : 3 Nilai : 9 Suatu ketika tiba-tiba mataku terbelalak dan tak percaya, tatkala seorang anak yang sama sekali tak mematuhi orang tuanya. Tak hanya kepada orang tuanya, terhadap saya sendiri yang sama-sama seorang pendidik, ia malah acuh dan seolah-olah tak mengenal, meskipun tempat tinggal kami berdekatan. Sang anak seolah-olah merasa sudah mengetahui segalanya. Ketika kutanya teman dekatnya, bahwa anak ini sebenarnya pintar di kelas, tapi karena terlalu sibuk belajar ia menjadi over protektif tak peduli dengan lingkungan. Ditambah lagi orang tuanya yang juga kurang begitu peduli dng masyarakat di sekitarnya. Cukup sudah orang tua menjadi media pembelajar yang justru menyesatkan anak. Adalagi seorang anak dari salah satu PNS di tempat saya, ia sama sekali tak pernah keluar rumah, kepergiannya hanya ke sekolah, bimbel dan kursus. Jadi amat jarang bahkan tak pernah bertegur sapa dengan lingkungan di sekitarnya. Sayang sekali, anak ini sukses dlm pendidikan, tapi tak mengenal lingkungan di sekitarnya. Menurut bentuk kepribadiannya boleh jadi prilaku ini disebut dengan kepribadian antisosial, atau disebut antisocial personality disorder. Yaitu kondisi mental kronis dimana cara berpikir seseorang, cara mengamati situasi dan cara berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal dan bahkan destruktif. Sebagaimana yang dirilis oleh www.amazine.co. Dampak dari kondisi ini seseorang yang mengalami kepribadian antisosial biasanya tidak peduli dengan nilai benar dan salah, serta mengabaikan hak-hak, keinginan dan perasaan orang lain. Maka muncullah seseorang yang terlihat acuh tak acuh dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Mereka kurang respek terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan di sekitarnya. Bahkan tak segan-segan melakukan pengerusakan jika apa yang diinginkan tidak tercapai. Amat mengerikan jika anak-anak kita, generasi muda adalah orang-orang yang memiliki kepribadian antisosial. Mungkin kejadian ini tak hanya saya yang mengalami, boleh jadi para pembaca yang budiman juga merasakan fenomena anak-anak sekolah yang tak lagi familier. Mereka merasa seperti superior di sekolahnya. Menjadikan sosok yang super sibuk dalam belajar tapi minim sekali pergaulannya dengan lingkungan. Tak hanya dianggap sebagai anak sombong, karena ogah bertegur sapa, karena meskipun di hari lebaran pun anak ini tak mau bersalaman dengan para tamu. Ia bersembunyi dan asyik dengan dunianya sendiri. Selaku orang yang kehidupannya sangat ketat dan super sibuk, mungkin mendapati fenomena anak yang demikian tidak menjadi persoalan. Mereka terbiasa hidup secara individual. Ala kota tepatnya. Kecenderungan anak-anak kota memang tak lagi peduli dengan lingkungan sekitar. Mereka asyik dengan dunia pendidikannya tapi kering dari kehidupan sosial. Jangankan mau berbicara sekedarnya dan bertegur sapa, menampakkan diri dan tersenyum ketika tamu datang pun amat sulit dilakukan. Inilah salah satu bentuk kemunduran tradisi yang mengajarkan nilai-nilai etika dan kesopanan serta kesantunan. Tradisi yang diajarkan oleh para sesepuh agar menjaga jalinan persaudaraan dan silaturrahmi. Yang tua kenal dengan yang muda, dan sebaliknya yang muda juga mau bergaul dengan yang tua. Ada unsur hubungan banyak arah yang menjadikan generasi muda ini belajar hidup dalam lingkungan yang berbeda usia. Ada pengalaman yang boleh jadi dapat dimanfaatkan oleh kaum muda ini. Karena belum tentu kemampuan diri dalam mengenyam pendidikan searah dengan kemampuan diri dalam membangun hubungan sosial. Padahal hubungan sosial ini turut menjadi penyebab keberhasilan seseorang dalam membina karirnya. Dan anehnya lagi, meskipun sebenarnya adalah satu keluarga, mereka merasa sudah tidak ada hubungan lagi lantaran kehidupan yang cenderung menyita waktu dan perhatian. Masih beruntung masih menghormati dan patuh pada orang tua, karena saat ini anak-anak muda seperti ingin melepaskan ikatan emosional dengan orang tuanya, terlebih-lebih dengan masyarakat di sekitarnya. Entah, apakah ini benar-benar pengaruh dekadensi moral yang semakin akut? Atau gejala kejiwaan yang memang masih labil jadi butuh perhatian dan peringatan dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya agar si anak bisa menjadi bagian kehidupan sosial di lingkungannya. Benarkah perubahan prilaku kaum muda saat ini sekedar karena kondisi kejiwaan bawaan anak atau pengaruh salah asuh orang tuanya? Menurut Nur Faizah Rahmah dalam bukunya Mendesain Prilaku Anak Sejak Dini menyebutkan bahwa ada 9 kekeliruan orang tua tatkala mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Pertama, gaya komunikasi yang menyimpang. Menurut beliau, ada 12 gaya komunikasi antara orang tua dan anak yang justru akan merusak kepribadian anak. Namun dalam hal ini saya mengambil satu contoh kesalahan orang tua (termasuk penulis sendiri) yang kadang kurang kita sadari. Misalnya mengatakan "Tuh, kan tadi mama bilang juga apa. Enggak denger, sih!". Kalimat tersebut acapkali dianggap sudah benar oleh orang tuanya, tapi sebenarnya kalimat ini hanyalah menyalahkan tanpa menunjukkan letak kesalahan dan bagaimana mencegahnya. Seperti ketika anak tengah asik-asiknya bergaul dengan sesama teman, tak disengaja pakaiannya kotor akibat kesalahan dalam bermain. Orang tua langsung menyalahkan anak dengan menghubungan kotornya pakaian dengan proses pergaulan mereka. Tak ayal, akibat proses menyalahkan ini anak menjadi serba salah, takut melakukan dan dampaknya mereka secara perlahan enggan bergaul dan menganggap bahwa ketika mereka bersosialisasi justru akan merugikan dirinya sendiri. Tanpa disadari orang tua sudah merusak jiwa anak secara perlahan. Ada beberapa gaya komunikasi lain yang benar-benar merusak prilaku anak meskipun dianggap sederhana. Kedua, label negatif. Salah satu kesalahan orang tua yang melabeli anak dengan sifat-sifat negatif. Misalnya malas, ceroboh, boros, pelupa dan lain-lain. Penulis juga memberikan contoh kalimat yang keliru dari orang tuanya, seperti "Kalau mandi lama sekali. Dasar Pemalas!" Kata-kata pemalas hakekatnya sudah menjatuhkan harga diri anak. Ketika kata-kata ini selalu diucapkan, maka secara otomatis anak memiliki kepribadian yang takut salah, minder dan tak berani melakukan sesuatu. Pantas saja yang muncul adalah anak-anak yang selalu saja meminta belaskasihan dan dorongan dari orang lain. Padahal secara usia semestinya mereka benar-benar mandiri. Muncullah pribadi-pribadi yang menutup diri dari orang-orang di sekitarnya lantaran merasa rendah diri meskipun dalam lingkungan yang ramah sekalipun. Ketiga, berlaku kasar pada pembantu rumah tangga Mungkin saat ini kita merasa memiliki kuasa dan uang lantaran bisa membayar pembantu, tapi seorang pembantu pun tak layak untuk diperlakukan dengan kasar, terkait hak-haknya sebagai manusia pada umumnya. Nah, kecenderungan keluarga yang kasar terhadap asisten rumah tangga ini pun menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap prilaku anak. Anak akan menganggap apa yang dilakukan orang tuanya sudah benar. Dampaknya tak hanya pembantunya yang diremehkan, karena orang lain di lingkungannya pun acapkali dianggap tak selevel. Kondisi inipun menjadi penyebab sang anak menjadi antisosial. Keempat, acuh tak acuh pada tetangga. Kecenderungan masyarakat perkotaan pada umumnya kurang begitu respek dengan masyarakat di sekitarnya. Khususnya tetangga terdekat, lantaran kesibukan dan kurang begitu mengenal satu sama lain. Tentu saja hal ini disebabkan karena latar belakang penghuni blok tersebut berasal dari beberapa wilayah yg berbeda. Bahkan latar belakang suku, agama dan kebangsaan seseorang berbeda satu dengan yang lainnya. Dampak yang muncul adalah kebiasaan untuk tak saling bertegur sapa ini menjadi pemicu tumbuhnya anak-anak yang antisosial. Mereka sama sekali tak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Seandainya mendapati orang yang terjatuh dari kendaraannya pun barangkali akan membiarkannya tanpa mau membantunya sedikitpun. Sebuah gejala masyarakat modern yang sama sekali jauh dari nilai-nilai etika bermasyarakat. Ada beberapa faktor lain yang tidak dapat saya sampaikan di sini, namun hakekatnya kecenderungan anak-anak saat ini menjadi antisosial selain dikarenakan faktor genetis, tapi pengaruh sosial khususnya keluarga menjadi penyebab pembentukan prilaku ini menjadi semakin mudah terjadi. Konklusi Tak mudah memang membentuk prilaku anak agar mau bersosialisasi. Bukan anak-anak antisosial. Apalagi keluarga tersebut tinggal di wilayah padat penduduk yang jauh dari kesan akrab. Mereka hidup berdampingan tapi sama sekali tak mengenal satu sama lainnya. Sifat lu lu gua gua menjadi sebuah gaya hidup yang melekat dalam masyarakatnya. Tapi sebenarnya semuanya diawali dari didikan dalam rumah tangga. Orang tua selalu akan menjadi contoh bagi anak-anaknya bagaimana mereka bergaul. Bagaimana mereka membangun hubungan kemasyarakatan dan menjalin persaudaraan dalam silaturrahim akan dicontoh sang anak. Ketika orang tua mampu memberikan contoh yang baik, maka akan dimungkinkan anak pun meniru prilaku orang tua. Tapi sebaliknya jika orang tua justru bersikap acuh tak acuh, maka jangan berharap anak-anaknya menjadi sosok yang peduli dengan sesama. Salam. M. Ali Amiruddin /maliamiruddin TERVERIFIKASI Orang desa yang nguli di sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus, dan gurunya juga membutuhkan perhatian khusus. Dulu pernah sekolah di MTS Ma'arif 3 Taman Cari Purbolinggo Lam-Tim, MA Ma'arif 8 Taman Cari Purbolinggo Lam-Tim, Pernah ikut belajar di STAIN Jurai Siwo Metro Lampung dengan predikat "Tidak Cumlaude" Alias biasa-biasa saja. www.puisianaksd.wordpress.com www.maliamiruddin57.blogspot.co.id @fb: M Ali Amiruddin @twitter : M. Ali Amiruddin @Linkedin : M. Ali Amiruddin Selengkapnya... IKUTI Share 3 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL orangtua psikologi kejiwaan maliamiruddin prilakuantisosial pendidikananak antisosial edukasi humaniora TANGGAPI DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0 NILAI : 9 Beri Nilai Ryo Kusumo Menarik Gaganawati Stegmann Inspiratif Indira Revi Bermanfaat Muhammad Armand Inspiratif AF Yanda Inspiratif Isti Aktual Mahendra Bermanfaat Mike Reyssent Inspiratif Selanjutnya KOMENTAR : 3 Isti 17 Januari 2015 15:25:48 sebab mereka hanya diisi satu sisi dengan mengabaikan sisi lainnya.. tak ada keseimbangan. salam prihatin Balas Muhammad Armand18 Januari 2015 04:13:14 ceileh anti sosial beneren nih pak guru? Balas Gaganawati Stegmann19 Januari 2015 10:12:12 Memang susah didik anak, dan say ayqkin setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya... iQ sama EQ sebaiknya sejajar ... Manusia kan makhluk sosial ... Voted Ps; thank komen di artikel parcel ... Terima kasih sudah menyimak. Balas Advertisement Featured Article Memperingati Hari Pendidikan Nasional? Apa Tidak Salah? Baskoro Endrawan 01 Mei Headline 1 Cinta, Yogyakarta, dan Kenangan Masa Muda Arif L Hakim 03 Mei 2016 2 Problematika Pejalan Kaki Michel Irarya 03 Mei 2016 3 Balada Pajeko Tua di Selat Lembeh Riecki Serpihan Kelana Pianaung 03 Mei 2016 4 Mengapa di Australia Tidak Ada Sarjana Pengangguran? TJIPTADINATA EFFENDI 03 Mei 2016 5 [Blog Competition] Perlindungan Keluarga Lengkap dengan Satu Harga Kompasiana 19 April 2016 Nilai Tertinggi Mengapa di Australia Tidak Ada Sarjana Pengangguran? TJIPTADINATA EFFENDI 03 Mei Sebab FC. Bayern Akan Meredam Laju Atletico Madrid elde 03 Mei Perempuan Tanpa Air Mata Seneng Utami 03 Mei Ayahku Seorang Mantan NAPI Seneng Utami 04 Mei Seneng Utami Masih Tetap Istri Saya Dian Kelana 03 Mei Terpopuler Diajak Debat Terbuka Takut, Didemo Ngumpet, di Depan Media Koar-koar Kaya Jagoan Wahy 03 Mei Mengapa di Australia Tidak Ada Sarjana Pengangguran? TJIPTADINATA EFFENDI 03 Mei Kasus Sumber Waras: Seolah-olah Sudah Sesuai dengan Peraturan! Suswinarno 03 Mei Gubernur Sejuta Umat A Jul 03 Mei Warga Luar Batang, Jangan Terpancing Provokasi! Yon Bayu 03 Mei Tren di Google Pak Jokowi dengan Sirene purwanto_9gian 02 Mei 2016 Ada Apa dengan Petisi Menolak Ceramah Oki Setiana Dewi? Badrul Munir,dr 01 Mei 2016 Hati-Hati! Pengguna Kartu Kredit Mega Carrefour (Part 1 / 3) Heny Heny 18 Januari 2015 Ayahku Seorang Mantan NAPI Seneng Utami 04 Mei 2016 Merinding, Hanya di Era Jokowi, Papua Nyatakan Setia pada NKRI Asep Bahtiar Pandeglang 02 Mei 2016 Gres Ketika Masjid Bernyanyi Tengah Malam Fatih Abdul Aziz 04 Mei Dinamika Pendamping Masyarakat dalam Memanfaatkan Sumber Mata Air untuk Desa Rawan Air di Kabupaten Malang Rodiah Astuti 03 Mei Sharing Economy bagi Indonesia : Menguntungkan atau Merugikan? kastratfkunpad 03 Mei Siswa yang Maha agung febriandy 03 Mei Selamat Ulang Tahun Bobo Boni niken nawang sari 03 Mei Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/maliamiruddin/fenomena-kekinian-anak-berprestasi-tapi-anti-sos

Masalah Pada Remaja Dari Tahun Ketahun

Masa remaja memang menyenangkan. Tapi, kadang jadi terasa berat karena banyak banget masalah atau tekanan yang dihadapi. Secara general, beberapa isu berikut jadi perhatian utama yang sering banget dihadapi remaja sekarang ini.

Cyber Bullying And Stalking
Internet ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi memudahkan aktivitas kita dan membuat kita jadi cewek yang selalu update. Tapi di sisi lain, ada banak kejahatan yang terjadi karena internet. Diantaranya cyber bullying dan cyber stalking. Terkadang, dilakukan oleh orang yang enggak dikenal, tapi enggak jarang dilakukan oleh orang terdekat kita.

Dan tanpa sadar kita juga sering melakukan cyber bullying, seperti meninggalkan komentar bernada negative yang mengkritik seseorang. Dan efek cyber bullying ini lebih parah ketimbang bullying biasa, karena siapa saja bisa menjadi pelaku dan korban. Karena itu, kita harus berhati-hati dalam memanfaatkan internet, terutama sosial media, dan jangan mudah terpancing.

Free Sex
Seks bukan lagi hal yang tabu untuk dibicarakan. Bahkan, sekarang remaja sudah akrab dengan seks. Sayangnya, kebanyakan di antara kita mencaritahu seputar seks dengan cara yang salah, seperti mencaritahu sendiri melalui internet atau teman-teman sehingga terjebak dalam hubungan seks di usia dini. Padahal, kita belum saatnya melakukan hubungan seksual ini.

Belum lagi informasi yang sangat mudah didapat, seperti melalui film, televisi, majalah, internet, yang membuat kita tambah penasaran. Dan, sayangnya enggak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup. Karena itu, jika pengin tahu tentang seks, langsung tanyakan kepada ahlinya, seperti orangtua, guru, atau dokter. Sehingga enggak akan tergoda untuk melakukan hubungan seksual di usia remaja.

Drugs And Alcohol
Narkoba semakin lama semakin gampang ditemui. Bahkan, di usia kita sekarang, sudah ada yang mulai menggunakan narkoba, lho. Atau setidaknya mencoba-coba alkohol. Masalahnya, seringkali kita mengalami peer pressure dan berani mencoba-coba hal ini karena tekanan teman. Jika melihat teman minum minuman beralkohol atau mencoba narkoba, jangan tertarik untuk mencobanya. Meski mereka memaksa kita melakukannya, yakinkan diri untuk enggak pernah mencoba hal ini, girls.

Grades
Masalah sekolah, terutama nilai, juga jadi hal utama yang dihadapi sekarang. Setiap hari, kita seperti dituntut untuk mendapatkan nilai sempurna, entah itu dari sekolah, guru, atau ornagtua. Akibatnya, kita sering stres karena belum berhasil memenuhi tantangan ini. Dan, kita pun jadi semakin sibuk belajar demi nilai tinggi sehingga melupakan hal lain, seperti social life. Nilai memang penting, tapi ingat, kita juga punya kehidupan sosial yang harus dipenuhi. Daripada belajar keras, lebih baik belajar secara efektif. Agar hasilnya lebih maksimal, kita bisa mengenal cara belajar yang cocok untuk kita.

Family Issue
Masalah keluarga juga jadi perhatian. Seperti orangtua yang kelewat sibuk sehingga merasa dicuekin, kakak yang nyebelin, adik yang suka bikin kesal, orangtua yang sering berantem, orangtua yang banyak aturan atau perceraian orangtua. Hal yang dialami di rumah seringkali mempengaruhi tindakan di luar rumah. Jika masalah yang dihadapi di rumah sangat besar, kita bisa merasa stres dan berimbas ke menurunnya nilai di sekolah, dan tentunya menimbulkan masalah baru.

Jika menghadapi masalah keluarga, ajak orangtua untuk membicarakan ini baik-baik dan sampaikan kalau keadaan rumah membuat kita stres. Jika enggak berhasil, enggak ada salahnya meminta bantuan dari luar seperti om atau tante dan guru di sekolah.

Eating Disorder
Masalah kesehatan juga jadi perhatian penting yang sering dialami remaja. Salah satunya adalah eating disorder. Malah, eating disorder ini jadi masalah kesehatan utama yang sering dihadapi remaja. Tuntutan untuk kurus membuat kita melakukan diet yang salah dan berujung ke eating disorder ini. Setelah mendapatkan tanda-tanda eating disorder, kita ahrus segera menyikapinya. Kunjungi dokter untuk tahu pola diet sehat yang bisa diterapkan.

Depression
Remaja juga rentan terhadap depresi. Biasanya, depresi ini sudah mulai dihadapi sejak umur 13 tahun. Banyaknya tekanan yang dialami di masa-masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa membuat kita merasa depresi. Jika dibiarkan, depresi bisa berbahaya karena memunculkan keinginan untuk bunuh diri atau melakukan tindakan negatif lainnya, seperti, kekerasan, free sex dan narkoba. Jika merasakan tanda-tanda depresi, jangan dibiarkan dan segera cari pertolongan. Setidaknya, kita punya seseorang yang bisa dijadikan tempat curhat dan siap menolong.

Smoking
Rokok sudah jadi hal yang gampang banget ditemui di kalangan remaja. Padahal kita semua tahu bahaya merokok, tapi tetap saja mencoba merokok. Seringnya, kita mencoba rokok karena ajakan teman. Karena sudah tahu bahaya merokok, jangan sampai terpengaruh, sekalipun yang mengajak adalah sahabat sendiri.
Pendidikan adalah hal yang paling penting bagi kemajuan suatu bangsa. Bila dalam suatu negara terdapat pendidikan yang berkualitas, maka tentu akan berpengaruh terhadap produk generasi bangsa yang berkualitas pula. Untuk itu bila suatu bangsa ingin maju, tingkatkanlah terlebih dahulu kualitas para generasi bangsa dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. Namun, tidaklah mudah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan hanya membalikkan telapak tangan. Butuh kerjasama dari semua pihak yaitu pemerintah, guru, orang tua, dan yang paling penting adalah para peserta didik. Tidak sedikit permasalahan-permasalahan muncul pada pendidikan, terutama pada pendidikan masa kini yang semakin banyak menuai permasalahan dan kurang antisipasi objek permasalahan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dengan baik. Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu globalisasi, perubahan sosial budaya, profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. Lalu, bagaimana cara menyikapinya? Permasalahan globalisasi sungguh sudah sangat tidak asing lagi bagi kita. Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Dengan era globalisasi yang semakin berkembang, kita dituntut untuk ikut mengikuti alur perubahannya. Globalisasi membuka peluang sekaligus menghadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini. Selanjutnya adalah masalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28). Ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional. Selain permasalahan globalisasi dan perubahan sosial budaya, permasalahan profesionalisme guru atau pendidik juga tidak kalah penting. Kita tentu sering mendengar kalimat, "Tidak ada murid yang buruk, yang ada hanyalah guru yang buruk". Guru yang baik adalah guru yang mampu bekerja secara profesional. Guru merupakan variabel penting bagi keberhasilan pendidikan. Guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya guru terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi. Seharusnya guru-guru honorer tersebut juga melalui proses seleksi agar nantinya lebih banyak tercipta jasa pendidik yang profesional dan dapat merubah mutu pendidikan nasional ke arah yang lebih baik. Ketidakprofesionalan inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini. Namun permasalahan strategi pembelajaran juga tidak kalah penting dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas. Strategi belajar yang baik sangat berpengaruh bagi peserta didik untuk lebih bisa mengerti dan mencerna apa yang telah disampaikan oleh pendidik atau guru. Kegiatan belajar yang tidak selalu di dalam kelas merupakan salah satu strategi pembelajaran yang patut dicoba. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, Mohammad Nuh, pun meminta agar para guru mengubah kebiasaannya itu pada kurikulum baru mendatang. Dengan kegiatan belajar mengajar yang tidak selalu di dalam kelas diharapkan para anak didik lebih peka terhadap alam dan lebih menyayangi tempat di mana mereka hidup dan bernapas. Selain itu, Nuh juga mengatakan aktivitas di luar juga dapat digunakan para guru untuk menambahkan ilmu-ilmu yang mungkin tidak didapatkan anak didik dari dalam buku pelajaran yang ada. Strategi pembelajaran yang baik juga tidak luput dari adanya keprofesionalan guru yang mendidik. Dengan adanya guru yang profesional, strategi pembelajaran akan lebih mudah diterapkan. Bagaimanapun, permasalahan-permasalahan di atas yang belum merupakan daftar lengkap, harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. Sebab, jika kita gagal menemukan solusinya maka kita tidak bisa berharap pendidikan nasional akan mampu bersaing secara terhormat di era globalisasi ini. Dan permasalahan-permasalahan pendidikan yang kompleks ini tidak luput dari bagaimana cara kita menyikapinya. Butuh perhatian lebih untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dan butuh pula kerjasama dari kita semua. Sumber: http://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/permasalahan-pendidikan-masa-kini/ http://news.liputan6.com/read/2058960/mendikbud-belajar-jangan-selalu-di-kelas

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/novitarzzz/permasalahan-pendidikan-masa-kini-dan-cara-menyikapinya_54f98bdaa33311f1068b537a
Pendidikan adalah hal yang paling penting bagi kemajuan suatu bangsa. Bila dalam suatu negara terdapat pendidikan yang berkualitas, maka tentu akan berpengaruh terhadap produk generasi bangsa yang berkualitas pula. Untuk itu bila suatu bangsa ingin maju, tingkatkanlah terlebih dahulu kualitas para generasi bangsa dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. Namun, tidaklah mudah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan hanya membalikkan telapak tangan. Butuh kerjasama dari semua pihak yaitu pemerintah, guru, orang tua, dan yang paling penting adalah para peserta didik. Tidak sedikit permasalahan-permasalahan muncul pada pendidikan, terutama pada pendidikan masa kini yang semakin banyak menuai permasalahan dan kurang antisipasi objek permasalahan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dengan baik. Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu globalisasi, perubahan sosial budaya, profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. Lalu, bagaimana cara menyikapinya? Permasalahan globalisasi sungguh sudah sangat tidak asing lagi bagi kita. Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Dengan era globalisasi yang semakin berkembang, kita dituntut untuk ikut mengikuti alur perubahannya. Globalisasi membuka peluang sekaligus menghadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini. Selanjutnya adalah masalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28). Ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional. Selain permasalahan globalisasi dan perubahan sosial budaya, permasalahan profesionalisme guru atau pendidik juga tidak kalah penting. Kita tentu sering mendengar kalimat, "Tidak ada murid yang buruk, yang ada hanyalah guru yang buruk". Guru yang baik adalah guru yang mampu bekerja secara profesional. Guru merupakan variabel penting bagi keberhasilan pendidikan. Guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya guru terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi. Seharusnya guru-guru honorer tersebut juga melalui proses seleksi agar nantinya lebih banyak tercipta jasa pendidik yang profesional dan dapat merubah mutu pendidikan nasional ke arah yang lebih baik. Ketidakprofesionalan inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini. Namun permasalahan strategi pembelajaran juga tidak kalah penting dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas. Strategi belajar yang baik sangat berpengaruh bagi peserta didik untuk lebih bisa mengerti dan mencerna apa yang telah disampaikan oleh pendidik atau guru. Kegiatan belajar yang tidak selalu di dalam kelas merupakan salah satu strategi pembelajaran yang patut dicoba. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, Mohammad Nuh, pun meminta agar para guru mengubah kebiasaannya itu pada kurikulum baru mendatang. Dengan kegiatan belajar mengajar yang tidak selalu di dalam kelas diharapkan para anak didik lebih peka terhadap alam dan lebih menyayangi tempat di mana mereka hidup dan bernapas. Selain itu, Nuh juga mengatakan aktivitas di luar juga dapat digunakan para guru untuk menambahkan ilmu-ilmu yang mungkin tidak didapatkan anak didik dari dalam buku pelajaran yang ada. Strategi pembelajaran yang baik juga tidak luput dari adanya keprofesionalan guru yang mendidik. Dengan adanya guru yang profesional, strategi pembelajaran akan lebih mudah diterapkan. Bagaimanapun, permasalahan-permasalahan di atas yang belum merupakan daftar lengkap, harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. Sebab, jika kita gagal menemukan solusinya maka kita tidak bisa berharap pendidikan nasional akan mampu bersaing secara terhormat di era globalisasi ini. Dan permasalahan-permasalahan pendidikan yang kompleks ini tidak luput dari bagaimana cara kita menyikapinya. Butuh perhatian lebih untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dan butuh pula kerjasama dari kita semua. Sumber: http://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/permasalahan-pendidikan-masa-kini/ http://news.liputan6.com/read/2058960/mendikbud-belajar-jangan-selalu-di-kelas

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/novitarzzz/permasalahan-pendidikan-masa-kini-dan-cara-menyikapinya_54f98bdaa33311f1068b537a
Permasalahan Pendidikan Masa Kini dan Cara Menyikapinya 01 September 2014 06:05:42 Diperbarui: 18 Juni 2015 01:56:48 Dibaca : 1,845 Komentar : 0 Nilai : 0 Pendidikan adalah hal yang paling penting bagi kemajuan suatu bangsa. Bila dalam suatu negara terdapat pendidikan yang berkualitas, maka tentu akan berpengaruh terhadap produk generasi bangsa yang berkualitas pula. Untuk itu bila suatu bangsa ingin maju, tingkatkanlah terlebih dahulu kualitas para generasi bangsa dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. Namun, tidaklah mudah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan hanya membalikkan telapak tangan. Butuh kerjasama dari semua pihak yaitu pemerintah, guru, orang tua, dan yang paling penting adalah para peserta didik. Tidak sedikit permasalahan-permasalahan muncul pada pendidikan, terutama pada pendidikan masa kini yang semakin banyak menuai permasalahan dan kurang antisipasi objek permasalahan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dengan baik. Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu globalisasi, perubahan sosial budaya, profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. Lalu, bagaimana cara menyikapinya? Permasalahan globalisasi sungguh sudah sangat tidak asing lagi bagi kita. Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Dengan era globalisasi yang semakin berkembang, kita dituntut untuk ikut mengikuti alur perubahannya. Globalisasi membuka peluang sekaligus menghadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini. Selanjutnya adalah masalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28). Ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional. Selain permasalahan globalisasi dan perubahan sosial budaya, permasalahan profesionalisme guru atau pendidik juga tidak kalah penting. Kita tentu sering mendengar kalimat, "Tidak ada murid yang buruk, yang ada hanyalah guru yang buruk". Guru yang baik adalah guru yang mampu bekerja secara profesional. Guru merupakan variabel penting bagi keberhasilan pendidikan. Guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya guru terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi. Seharusnya guru-guru honorer tersebut juga melalui proses seleksi agar nantinya lebih banyak tercipta jasa pendidik yang profesional dan dapat merubah mutu pendidikan nasional ke arah yang lebih baik. Ketidakprofesionalan inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini. Namun permasalahan strategi pembelajaran juga tidak kalah penting dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas. Strategi belajar yang baik sangat berpengaruh bagi peserta didik untuk lebih bisa mengerti dan mencerna apa yang telah disampaikan oleh pendidik atau guru. Kegiatan belajar yang tidak selalu di dalam kelas merupakan salah satu strategi pembelajaran yang patut dicoba. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, Mohammad Nuh, pun meminta agar para guru mengubah kebiasaannya itu pada kurikulum baru mendatang. Dengan kegiatan belajar mengajar yang tidak selalu di dalam kelas diharapkan para anak didik lebih peka terhadap alam dan lebih menyayangi tempat di mana mereka hidup dan bernapas. Selain itu, Nuh juga mengatakan aktivitas di luar juga dapat digunakan para guru untuk menambahkan ilmu-ilmu yang mungkin tidak didapatkan anak didik dari dalam buku pelajaran yang ada. Strategi pembelajaran yang baik juga tidak luput dari adanya keprofesionalan guru yang mendidik. Dengan adanya guru yang profesional, strategi pembelajaran akan lebih mudah diterapkan. Bagaimanapun, permasalahan-permasalahan di atas yang belum merupakan daftar lengkap, harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. Sebab, jika kita gagal menemukan solusinya maka kita tidak bisa berharap pendidikan nasional akan mampu bersaing secara terhormat di era globalisasi ini. Dan permasalahan-permasalahan pendidikan yang kompleks ini tidak luput dari bagaimana cara kita menyikapinya. Butuh perhatian lebih untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dan butuh pula kerjasama dari kita semua. Sumber: http://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/permasalahan-pendidikan-masa-kini/ http://news.liputan6.com/read/2058960/mendikbud-belajar-jangan-selalu-di-kelas

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/novitarzzz/permasalahan-pendidikan-masa-kini-dan-cara-menyikapinya_54f98bdaa33311f1068b537a
Pendidikan adalah hal yang paling penting bagi kemajuan suatu bangsa. Bila dalam suatu negara terdapat pendidikan yang berkualitas, maka tentu akan berpengaruh terhadap produk generasi bangsa yang berkualitas pula. Untuk itu bila suatu bangsa ingin maju, tingkatkanlah terlebih dahulu kualitas para generasi bangsa dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. Namun, tidaklah mudah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan hanya membalikkan telapak tangan. Butuh kerjasama dari semua pihak yaitu pemerintah, guru, orang tua, dan yang paling penting adalah para peserta didik. Tidak sedikit permasalahan-permasalahan muncul pada pendidikan, terutama pada pendidikan masa kini yang semakin banyak menuai permasalahan dan kurang antisipasi objek permasalahan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dengan baik. Permasalahan-permasalahan tersebut yaitu globalisasi, perubahan sosial budaya, profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. Lalu, bagaimana cara menyikapinya? Permasalahan globalisasi sungguh sudah sangat tidak asing lagi bagi kita. Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Dengan era globalisasi yang semakin berkembang, kita dituntut untuk ikut mengikuti alur perubahannya. Globalisasi membuka peluang sekaligus menghadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini. Selanjutnya adalah masalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28). Ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional. Selain permasalahan globalisasi dan perubahan sosial budaya, permasalahan profesionalisme guru atau pendidik juga tidak kalah penting. Kita tentu sering mendengar kalimat, "Tidak ada murid yang buruk, yang ada hanyalah guru yang buruk". Guru yang baik adalah guru yang mampu bekerja secara profesional. Guru merupakan variabel penting bagi keberhasilan pendidikan. Guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya guru terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi. Seharusnya guru-guru honorer tersebut juga melalui proses seleksi agar nantinya lebih banyak tercipta jasa pendidik yang profesional dan dapat merubah mutu pendidikan nasional ke arah yang lebih baik. Ketidakprofesionalan inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini. Namun permasalahan strategi pembelajaran juga tidak kalah penting dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas. Strategi belajar yang baik sangat berpengaruh bagi peserta didik untuk lebih bisa mengerti dan mencerna apa yang telah disampaikan oleh pendidik atau guru. Kegiatan belajar yang tidak selalu di dalam kelas merupakan salah satu strategi pembelajaran yang patut dicoba. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, Mohammad Nuh, pun meminta agar para guru mengubah kebiasaannya itu pada kurikulum baru mendatang. Dengan kegiatan belajar mengajar yang tidak selalu di dalam kelas diharapkan para anak didik lebih peka terhadap alam dan lebih menyayangi tempat di mana mereka hidup dan bernapas. Selain itu, Nuh juga mengatakan aktivitas di luar juga dapat digunakan para guru untuk menambahkan ilmu-ilmu yang mungkin tidak didapatkan anak didik dari dalam buku pelajaran yang ada. Strategi pembelajaran yang baik juga tidak luput dari adanya keprofesionalan guru yang mendidik. Dengan adanya guru yang profesional, strategi pembelajaran akan lebih mudah diterapkan. Bagaimanapun, permasalahan-permasalahan di atas yang belum merupakan daftar lengkap, harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. Sebab, jika kita gagal menemukan solusinya maka kita tidak bisa berharap pendidikan nasional akan mampu bersaing secara terhormat di era globalisasi ini. Dan permasalahan-permasalahan pendidikan yang kompleks ini tidak luput dari bagaimana cara kita menyikapinya. Butuh perhatian lebih untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dan butuh pula kerjasama dari kita semua. Sumber: http://fitwiethayalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/permasalahan-pendidikan-masa-kini/ http://news.liputan6.com/read/2058960/mendikbud-belajar-jangan-selalu-di-kelas Novita Rizky Amalia /novitarzzz Teknik Sipil UNJ 2014, Pend. Teknik bangunan. Selengkapnya... IKUTI Share 0 0 0

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/novitarzzz/permasalahan-pendidikan-masa-kini-dan-cara-menyikapinya_54f98bdaa33311f1068b537a

Penyebab Mahasiswa Lulus Terlalu Lama

Oke, berhubung yang lagi heboh adalah soal kerusuhan, malem ini gue bakal nulis tentang beberapa faktor penyebab Mahasiswa Lama lulusnya.
Kalian semua pasti pernah punya pikiran kayak gue dan merenunginya. Gue merenung tentang Fase2 yang dihadapi oleh mahasiswa. Yap, namanya sebuah proses itu pasti punya fase2 yang akan dilewati oleh subyeknya. Dan fase2 yang akan dilewati mahasiswa itu, kalo dibikin skema sederhana bakal jadi kayak gini :

MABA (mahasiswa baru) ngampus, kesepian karna blom ada temen -->> MABUK (Mahasiswa Sibuk) ngampus, mulai punya banyak temen buat ngerjain tugas2 kuliah bareng -->> MAPALA (Mahasiswa Paling Lama) ngampus, kesepian lagi karna temen2 seangkatan udah pada wisuda..

Dan gue bisa bikin skema itu karena gue udah ngalamin semuanya.. yeah! akhir2 ini kalo gue di kampus, rasanya kayak alien yang kesasar di terminal Pulogadung. Orang sibuk sendiri2 dan gak ada yang nyapa gue.. #nyesek

Tapi dari renungan itu, gue jadi bisa menggali apa aja penyebab mahasiswa betah atau terpaksa betah kuliah lama2. Penasaran ama hasil perenungan gue itu? check this out, guys :

1. Kebanyakan kerja sampingan
Yap, banyak Mahasiswa2 diluar sana pada kuliah sambil kerja demi segenggam BB atau sesuap iPhone. Banyak profesi yang mereka jalankan. Mulai dari waiter/waitress, SPG, penjaga warnet, bahkan yang paling booming adalah profesi Ayam Kampus (Baca : Jualan Ayam di Kantin Kampus) btw, gue suka beli bagian dada dan paha *Loh?*. Tapi tampaknya, buat sebagian mahasiswa yang udah keenakan kerja, apalagi dapet gaji yang lumayan, orientasi mereka kepada kuliah bakal jadi berubah. Dari yang dulunya mikir, "Rajin kuliah biar dapet kerja" Bakal jadi mikir "Ngapain kuliah kalo sekarang udah dapet kerja?"
Tentunya kalo udah punya orientasi menyimpang gitu, tuh orang bakal susah kalo disuruh balik lagi ke dunia perkuliahan dan mengejar materi kuliah.

Problem Solving : Terlepas dari berapa gaji yang lo dapetin, atau apa kerjaan yang lo dapetin, tapi kalo lo udah dapetin kesempatan untuk kuliah, mending dirampungin dulu deh. Kasian orang tua yang udah banyak keluar duit buat kuliah lo, sedangkan diluar sono banyak orang yang pengen kuliah tapi ga ada duit. Bayangin moment2 pas dulu lo ikut ujian masuk, bayangin moment2 pas dulu lo seneng banget pas keterima di universitas itu, jadi sudah sepantasnya itu semua ditutup dengan encore yang indah juga.. Wisuda.. :)


2. Salah Jurusan
Dalam kasus kedua ini, gue banyak nemuin temen2 gue yang gak lulus2 atau bahkan udah D.O gara2 nilainya jeblok semua. setelah gue selidiki, ternyata banyak diantara mereka yang ternyata salah jurusan. Ada yang dulunya sekolah di STM jurusan elektro, terus kuliahnya di pendidikan bahasa inggris (Iye.. ini gue..), ada juga yang dulunya sekolah di SMK dengan jurusan komputer, akhirnya kuliah kesasar di jurusan Sastra Otomotif.
Penyebabnya bisa banyak.. biasanya sih faktor orang tua yang terkesan "nyetir" kemana mereka kudu melanjutkan pendidikannya, meskipun sebenarnya anak itu gak suka. but how can they refuse while they know that their parents pay for their study?

Problem Solving : Komunikasi dengan ortu itu penting. Apalagi menyangkut masalah pendidikan. Buat yang masih SMA, lemme' tell u that college is totally different with school. Kuliah adalah sebuah pilihan hidup. sekali kamu salah ngambil jurusan, hidup kamu juga bakal berantakan. Jadi, sebisa mungkin untuk soal kuliah, jangan terlalu ngikutin usul dari ortu atau temen yang emang gak cocok ama minat kamu. karena ketika kamu salah ngambil jurusan, maka kecil kemungkinan kamu bakal survive dengan keadaan jiwa tak tergoncang. Seperti kata andalan si @poconggg : "Break the rules and follow your heart.."

3. Pacaran ama adek angkatan
Ya, cinta emang gila.. ehm! maksut gue, cinta emang bisa bikin orang jadi gila. Kisahnya kayak temen gue dari kampus sebelah yang sama2 kuliah di Jogja nih. Sebut saja namanya Supri. Si supri ini deket ama Ningsih dari jaman semester 1. Sedangkan Ningsih-nya ini waktu itu baru kelas 3 SMP. OMG, masih bau kunyit asem tuh cewek. Tapi alhamdulillah si Supri gak pernah kena laporan kasus pencabulan anak dibawah umur. Akhirnya hubungan mereka pun mulai bersemi menjadi sepasang kekasih. Padahal waktu itu mereka LDR-an Jakarta-Jogja. Tapi karena keteguhan iman mereka, akhirnya hubungan LDR itu aman2 aja sampe si Ningsih lulus SMA dan nyusul kuliah di jogja, tepatnya di kampusnya si Supri juga. Ya, tentu saja sekarang si Ningsih mulai masuk semester 2, sedangkan si Supri udah masuk semester 10.. Nah, di semester ke 10 ini udah sewajarnya bagi mahasiswa buat masang poto profil FB pake Toga. tapi tidak untuk Supri! dia sengaja gak ngerjain skripsinya dengan harapan bisa wisuda barengan ama Ningsih, atau bisa dibilang, si Supri pengen Lulus saat nanti udah menginjak semester 16! Lihatlah bukti nyata bahwa cinta bisa bikin orang ber-IQ seperti Einstein menjadi orang ber-EQ setumpul Spongebob. Gue sih cuma berharap cinta Ningsih dan Supri tidak berakhir D.O.. :)

Problem Solving : Pacaran sih pacaran.. tapi untuk usia kita yang masih kuliah, pendidikan adalah kebutuhan primer. Udah gak jaman lagi deh banyak berkorban demi pacaran. Utamain pendidikan dan karier, soal cinta bisa nyusul asal kamu sudah sukses besok. Toh percuma kita ngoyo pacaran sekarang kalo endingnya kita merit dengan keadaan finansial yang ngos2an..

4. Takut Jadi Pengangguran
Ada pepatah sesat bilang, "Wisuda bukan berarti akhir dari penderitaan, tapi sebuah awal dari status pengangguran". Bayangkan betapa mengerikan kalimat itu. Seperti yang kita sadari, jumlah pengangguran di negeri ini mulai menggila. bahkan kalo misal mau dibikin partai, kayaknya Partai Persatuan Pengangguran ini bakal memenangkan pemilu 13 kali berturut2. Kenapa begitu? ya karena lapangan pekerjaan lebih sedikit dari jumlah sarjana2 yang dihasilkan universitas2 di negeri kita. Jadi gak heran kalo kita liat banyak mahasiswa S1 yang endingnya jadi tukang ojek. I'm sure it's real!

Problem Solving : Kalo buat gue sih, Kuliah itu bukan sebuah jaminan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya. Kuliah adalah sebuah wadah dimana kita bisa belajar banyak hal diluar materi jurusan kita yang bakal bisa jadi bekal hidup sampe tua. Kita bisa belajar bersosialisasi, mandiri, berdikari dari jaman kuliah ini. Gue sengaja gak berpikir soal wisuda sebagai jaminan pekerjaan yang mapan, karena gue gak pengen terlalu kecewa nantinya kalo sampe kenyataannya gak seindah itu. So, kalo kamu takut jadi pengangguran dengan gelar sarjana, mending jangan kuliah! ;)

5. Pengen Gondrong
Oke, ini nyeleneh.. but it's me! kemaren gue sempet sengaja gak ngambil beberapa mata kuliah formal yang mewajibkan kita untuk berpenampilan rapi dan rambut pendek. Tapi karena jiwa muda gue waktu itu masih bergelora, gue pun memutuskan untuk gondrongin rambut gue biar gaya gue gak kalah ama om Ahmad Albar. Dan karena alasan bodoh itulah gue akhirnya baru ngambil mata kuliah yang formal di semester2 akhir. Setelah gue melewati fase itu, gue pun bisa memetik pelajaran berharga. Rambut gondrong itu, bikin boros shampoo..

Problem Solving : Ga usah mikir aneh2 soal gondrongin rambut, gondrongin bulu ketek, ataupun gondrongin gigi. Tahan niat itu selama masa kuliah.. sabar dulu.. ntar kalo udah wisuda, lo mau gondrongin rambut lo ampe ngalahin rambut Suzana juga gapapa kok..

6. Naksir ama Mbak2 kantin
Faktor terakhir ini bakal bikin tuh mahasiswa males kuliah karena tiap hari bakal nongkrong di kantin terus.. Dia juga males lulus karena kalo dia lulus, dia gak bakal bisa nongkrong di kantin lagi.

Problem Solving : Mati aja mas.. #Desperate

Gue kira, cuma 6 hal itu yang bisa gue simpulkan tentang penyebab2 orang yang betah kuliah menurut versi gue. So, ini bisa jadi pedoman buat kalian yang belom terjerumus ke dalam nistanya kehidupan MAPALA. Sekedar pembelajaran aja, bahwa kuliah itu adalah sebuah medan perang yang terlalu indah untuk diakhiri dengan kata "menyerah".

Pernah Ngerasa Bingung Mau Posting Apa??

Setiap penulis atau blogger sepertinya hampir bisa dipastikan pernah mengalami kondisi ini—bingung mau nulis apa.

Kita sudah punya niat mau menulis suatu artikel untuk blog, atau menuliskan suatu ide tertentu yang ada dalam benak, kita juga sudah duduk di depan layar komputer atau laptop, tapi seiring waktu berlalu, artikel atau tulisan itu tetap saja tidak mampu kita buat. Yang terjadi, kita malah sibuk melakukan hal lain yang sama sekali tak ada sangkut-paut dengan rencana penulisan kita.

Menurut Dyah Ayu Purnamasari a.k.a Itik Bali, kondisi semacam itu disebut Phgstragetagtdeius Syndrome. Saya tidak tahu dari mana cewek manis nan pintar ini menemukan istilah tersebut, tetapi saya suka istilah ini, karena Phgstragetagtdeius Syndrome sangat sulit dibaca, apalagi diucapkan. Tepat seperti itulah kondisi ketika “bingung mau nulis apa”—suatu kondisi yang sulit diungkapkan atau diceritakan.

Well, tidak selamanya orang “bingung mau nulis apa” karena tidak punya ide. Yang sering, kondisi itu justru terjadi karena kita memiliki ide terlalu banyak—sebegitu banyaknya, sampai-sampai kita kebingungan mau menulis ide yang mana dulu. Rasanya, uuuh, bingung!

Bahkan, menurut saya, kondisi tidak punya ide malah lebih bagus daripada kondisi punya terlalu banyak ide. Kenapa? Karena ketika tidak punya ide, maka jalan kita lurus terbentang dengan jelas—yakni berupaya mencari ide. Begitu ide tertemukan, maka pekerjaan selanjutnya juga jelas, yakni menuliskan ide itu. Setelah itu selesai. Makan jadi enak, tidur jadi nyenyak.

Sebaliknya, ketika memiliki terlalu banyak ide, maka kita akan sering kebingungan karena menghadapi banyak jalan sekaligus. Ketika berhadapan dengan laptop atau komputer, kita bukannya menghabiskan waktu untuk suatu ide tertentu, tetapi seringnya malah menghabiskan waktu untuk menimbang, memikirkan, merenungkan, dan memutuskan ide mana yang sebaiknya ditulis lebih dulu.

Jadinya malah kita tidak bisa segera menulis, karena terlalu banyak memikirkan, terlalu banyak menimbang, terlalu banyak ragu. Ketika kondisi semacam itu sudah terjadi, makan pun jadi tidak enak, tidur jadi tidak nyenyak. Jika ini terdengar mendramatisir, maka saya akan mengaku bahwa saya sering mengalami kondisi semacam itu.

Dalam hal ide, mungkin bisa dibilang saya belum pernah kehabisan ide untuk menulis. Bahkan, jika dikira-kira, tumpukan ide dalam otak saya saat ini sepertinya cukup mampu menghidupi blog ini hingga lima tahun ke depan—satu post per hari tanpa henti—dengan catatan saya terus sehat, dan memiliki waktu yang cukup, dan kiamat benar-benar tidak terjadi pada tahun 2012. :D

Selain itu, seperti yang pernah saya ceritakan di post terdahulu, inbox email saya bisa dikatakan mirip bank ide—karena di sana terkumpul usul, ide, dan pertanyaan-pertanyaan atas berbagai hal, yang dikirimkan teman-teman pembaca blog ini, yang dapat saya ubah menjadi tulisan atau posting.

Karenanya, dengan modal ide yang sangat berlimpah seperti itu, problem saya bukan kekurangan ide atau kebingungan mencari ide, tetapi justru kebingungan memilah dan memilih ide mana yang sebaiknya digarap dan ditulis lebih dulu.

Sejujurnya, saya sering duduk lama di depan komputer dengan niat menulis sesuatu, tetapi kemudian malah asyik melakukan hal-hal lain yang tidak ada sangkut-paut dengan rencana penulisan itu. Jika saya introspeksi, hal semacam itu terjadi, seringnya, karena saya kebingungan mau menulis ide yang mana dulu, jadinya malah tidak menulis apa pun.

Itu baru ide untuk posting di blog. Belum lagi ide untuk rencana penulisan naskah buku. Sebagai penulis, saya sudah menyiapkan setumpuk ide untuk penulisan buku-buku saya hingga beberapa tahun ke depan. Tetapi melimpahnya ide itu pun rasanya bukan menjadikan saya tenang, tetapi justru membuat sering gelisah. Hampir setiap malam saya sulit tidur karena memikirkan, “Apa umurku cukup untuk menuliskan semua ide itu…?”

Ketika saya sampai pada pemikiran semacam itu, biasanya mata benar-benar sulit dipejamkan, meski sebenarnya sudah sangat mengantuk, meski badan rasanya sudah sangat capek. Yang biasanya terjadi, saya bangun dari tempat tidur, pergi ke dapur untuk membuat teh, lalu duduk sambil merokok, kemudian bengong. Menghitung waktu, mengukur usia, menakar datangnya kiamat.

Dan, saya pikir, waktu itulah saya mengalami Phgstragetagtdeius Syndrome, sebagaimana yang disimpulkan Itik Bali dalam satu postingnya.

Lalu bagaimana mengatasi Phgstragetagtdeius Syndrome ini...??? Itu pula pertanyaan yang selama ini saya cari-cari jawabannya.

Ehmm....

Di Spanyol, ada seorang penulis drama bernama Lope de Vega. Ia hidup antara tahun 1562 sampai 1635—satu angkatan dengan Pedro Calderon de la Barca, yang namanya mungkin lebih populer di kalangan anak muda.

Bagi para penulis dan dramawan, Lope de Vega adalah penulis paling “dahsyat” yang pernah lahir di muka bumi. Dia memiliki jumlah karya yang sulit dinalar akal sehat. Bayangkan, seumur hidupnya, dia telah menulis lebih dari 2.200 (dua ribu dua ratus) naskah drama—jumlah yang luar biasa banyak itu diimbangi dengan kualitas yang tidak memalukan. Dalam hal produktivitas, bahkan Shakespeare sekali pun tak ada apa-apanya dibanding orang ini!

Nah, saya penasaran setengah mati, bagaimana cara Lope de Vega bisa menulis sebanyak itu? Karenanya, saya pernah menghabiskan waktu cukup lama untuk melacak sumber-sumber yang dapat menguak rahasia produktivitasnya. Hasilnya, berdasarkan sumber-sumber literatur yang dapat saya pelajari, berikut inilah tiga rahasia di balik produktivitas Lope de Vega yang luar biasa.

Pertama, Lope de Vega tidak pernah menghabiskan waktu untuk surfing internet, tidak pernah update status di Facebook atau Twitter dan semacamnya, tidak pernah mengirim dan mengecek email, tidak pernah sibuk ngurusin blog, pendeknya tidak pernah online! Ya karena waktu itu internet memang belum ada! :D

Kedua, Lope de Vega tidak pernah disibukkan urusan menerima dan mengirimkan SMS dan segala tetek-bengek menyangkut ponsel, apalagi ngurusin SMS “Ketik REG” dan semacamnya, karena waktu itu memang ponsel belum diciptakan! :D

Ketiga, dan ini rahasia paling “masuk akal”, Lope de Vega nyaris tidak pernah tidur! Seumur hidupnya, dia terus aktif menulis, membaca, dan menulis lagi, dan untuk menunjang kegiatan itu dia hanya tidur dalam jumlah yang sangat sedikit, dalam waktu yang amat minim. Jadi kita bisa membayangkan, jika untuk tidur yang bisa dibilang sangat penting saja dia jarang melakukannya, apalagi untuk kegiatan lain yang tidak lebih penting dibanding tidur...?

Setelah mengetahui ketiga rahasia di atas, saya merasa tercerahkan sekaligus bingung. Tercerahkan, karena saya jadi tahu resep apa yang dibutuhkan untuk bisa produktif. Tetapi juga bingung, karena saya merasa kesulitan untuk dapat melakukannya!

Hari gini, ketika internet sudah ada dalam genggaman tangan, dan akses dunia maya tinggal disentuh ujung jari, rasanya sulit untuk bisa menghindarkan diri dari aktivitas online. Seperti yang dibilang Saykoji, dari bangun tidur sampai mau tidur kembali, rasanya kita terus ingin terhubung dengan dunia maya, karena sepertinya internet sudah menjadi kebutuhan (bukan lagi sekadar gaya hidup) manusia sekarang.

Begitu pula ponsel. Piranti mungil yang sangat cerdas itu pun sekarang fungsinya tidak lagi hanya untuk telepon dan SMS, tapi juga untuk kebutuhan akses internet dan lain-lain. Karenanya, rasanya sulit untuk mengikuti gaya hidup Lope de Vega yang benar-benar “steril” dari internet dan ponsel—setidaknya bagi saya.

Nah, bagaimana dengan resep ketiga, yakni mengurangi tidur? Sepertinya inilah resep “paling masuk akal” yang dapat dilakukan—dan inilah yang sedang coba saya praktikkan. Dalam hal menulis, sepertinya saya tidak lagi berkejaran dengan deadline semata, tetapi juga dengan umur saya. Saya tidak ingin mati dalam keadaan bingung karena masih ada ide yang belum sempat saya tuliskan selama masih hidup.

Nah, waktu saya curhat masalah ini pada Abigail, sohib saya yang agak sinting, dia menjawab, “Yeah, santai aja, pal, nggak usah khawatir. Kalau pun kamu keburu mati sebelum sempat menuliskan semua idemu, tulis aja ntar di akhirat. Siapa tahu di sana ada penerbit yang mau nerbitin tulisanmu.”

Tentu saja Abigail ngawur—karena dia memang suka ngawur. Tetapi, bagi para pembaca blog ini, mohon maaf kalau post ini agak tidak jelas juntrungnya, karena saya juga menulis post ini dalam keadaan dihinggapi Phgstragetagtdeius Syndrome!

Manusia dan Tanggung Jawab

Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang, kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kewajiban terbatas
b) Kewajiban tidak terbatas

Tanggung jawab
Pengertian Tangung Jawab
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggungjawab adalah kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawaban dan menanggung akibatnya. Tanggungjawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggungjawab juga juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Seseorang mau bertanggungjawab karena ada kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggungjawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Tanggungjawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggungjawab. Apabila ia tidak mau bertanggungjawab, maka akan ada pihal lain yang memaksa tanggungjawab itu. Dengan demikian tanggungjawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Daari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggungjawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara masyarakat.
Apabila dikaji, tanggungjawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari pebuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain dengan keseimbangan, keserasian keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik. Tanggungjawab itu cirri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggungjawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaan bertanggungjawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa terhadap Tuhan.
Berdasarkan penjalasan di atas, maka dapat kita jelaskan macam-macam dari bentuk tanggungjawab sebagai berikut :
Macam-macam Tanggungjawab :
  1. Tanggungjawab terhadap diri sendiri
“If it is to be, it is up to me” maksud dari pepatah lama tersebut adalah hanya diri kita yang sepenuhnya bertanggungjawab terhadap kehidupan atau nasib diri kita sendiri. Ada beberapa ketentuan untuk dapat melaksanakan tanggungjwab kehidupan ini dengan baik. Ketentuan pertama adalah mengenali dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri sendiri. Selain itu, memahami tujuan hidup supaya
langkah untuk dikerjakan lebih terfokus. Yang terpenting dari semua itu adalah berpikir dan bersikap positif walau apapun yang terjadi. Kesuksesan dimasa depan tidak terkait erat dengan latar belakang maupun latar depan. Keadaan dalam merespon keadaan menentukan tingkat
keberhasilan. Suatu keadaan yang sama, tetapi bila direspon secara berbeda maka akan memberikan hasil yang berbeda pula. Sebagai contoh adalah kehidupan mengenai sepasang saudara kembar di Amerika Serikat. Kejadian ini berlangsung sekitar tahun 1950-an. Keluarga pasangan saudara kembar ini berantakan. Sang kakak merespon keadaan itu secara positif, dan bertekad untuk sukses dalam kehidupan. Berkat usaha keras dalam belajar dan tekadnya yang besar, maka ia berhasil menjadi senator ternama di Amerika Serikat. Sedangkan saudara kembarnya sendiri melihat kekacauan dalam keluarganya itu secara negatif. Sehingga ia kehilangan kendali dan selalu berusaha menghancurkan dirinya sendiri. Akibatnya, ia harus mendekam di penjara seumur hidup karena melakukan tindakan kejahatan yang sangat fatal. Tidak ada orang lain yang harus dipersalahkan. Kesalahannya sendiri merupkan penyebab dari nasib buruknya itu. Dalam kisah tersebut terdapat perbedaan rasa tanggungjawab hidup yang besar. Faktor pembeda yang pertama adalah kepahaman terhadap potensi dalam diri masing-masing individu. Sang kakak merasa memiliki potensi yang cukup untuk ia kembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab untuk dapat meraih kehidupannya yang lebih baik. Sedangkan sang adik sama sekali tidak melihat potensi yang ada di dalam dirinya. Sehingga sang adik tidak merasa mampu mengemban tanggungjawab kehidupam ini dengan baik. Selain itu, sang kakak sudah menetapkan tujuan yang pasti, sehingga setiap langkahnya terarah. Sedangkan sang adik tidak memiliki tujuan hidup yang pasti. Sehingga, ia merasa tidak perlu bertanggungjawab terhadap kehidupan ini. Sementara sang kakak selalu menyikapi keadaan secara positif. Dilain pihak, sang adik tidak melihat sisi positif dari bencana yang menimpa keluarga mereka. Perbedaan tingkat rasa tanggungjawab hidup diantara mereka berdua telah menyebabkan perbedaan nasib yang sangat besar pula.
Dari contoh di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa hanya diri kita sendirilah yang bertanggungjawab menentukan
kehidupan seperti apa yang kita harapkan. Sedangkan orang lain tidak bertanggungjawab terhadap nasib ataupun esuksesan kita. Peran dari orang lain hanya bersifat sebagai instrumen yang melengkapai usaha diri kita sendiri.
  1. Tanggungjawab terhadap Keluarga
Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling memberikan tanggungjawabnya. Si orang tua bertanggungjawab kepada
anaknya, anggota keluarga saling tanggungjawab. Anggota keluarga saling membantu dalam keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam keadaan sakit. Ini terlepas dari apakah kehidupan itu berbentuk perkawinan atau tidak. Di lihat dari segi tanggungjawab, orang tua adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan anak. Anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua, orang yang pertama kali dijumpai anak adalah orang tuanya, jadi secara tidak langsung ayah dan ibu adalah guru pertama bagi anak, disadari atau tidak oleh orang tua itu sendiri.
  1. Tanggungjawab terhadap masyarakat
Manusia bertanggungjawab terhadap tindakan mereka. Manusia menanggung akibat dari perbuatannya dan mengukurnya pada
berbagai norma. Ini merupakan bentuk dari tanggungjawab terhadap masayarakat, dimana di dalam masyarakat telah ada aturan-aturan. Kehidupan bersama antar manusia membentuk norma yang kemudian berkembang menjadi aturan-aturan, hukum-hukum yang dibutuhkan suatu masyarakat tertentu. Dalam negara-negara modern aturan-aturan atau hukum-hukum tersebut termaktub dalam sebuah sistem hukum dan sama bagi semua warga. Apabila aturan-aturan ini dilanggar yang bersangkutan harus memperoleh hukuman atau sanksi. Jika ia misalnya merugikan hak milik orang lain maka Pengadilan dapat menghukum sikap yang bersalah (pelanggaran) berdasarkan KUHP.
  1. Tanggungjawab terhadap bangsa / negara
Pendidikan merupakan salah satu dari contoh bentuk tanggungjawab masyarakat atau lebih khususnya pelajar terhadap bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang terbaik bagi bangsa dan negara. Sumber Daya Manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
- Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif. Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat
moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
- Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang
lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan
yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
- Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan,
fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda.
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu
perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Dari paparan di atas tampak bahwa pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa.
  1. Tanggungjawab terhadap Tuhan
Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggungjawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada Allah Swt, dibuktikan dengan menerima seluruh tanggungjawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya. Berbagai tanggungjawab ini, membentuk suatu relasi tanggungjawab yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut meliputi antara lain: tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadap
sesama, tanggungjawab manusia terhadap alam semesta serta tanggungjawab manusia tehadap dirinya sendiri. Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Pengabdian dan Pengorbanan
Wujud tanggungjawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pegorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggungjaab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi keapada keluarga. Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada uhan, dan merupakan perwujudan tanggungjawab kepad Tuhan.
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarati pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung keikhalasan yangtidak menganadung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesame kawan sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepaa sesame teman..
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran dan perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan sja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk pada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.

sumber: http://wahyuadipurnomo13.blogspot.com/2012/01/tugas-ibd-4-manusia-dan-tanggung-jawab.html

Manusia dan Harapan

A. PENGERTIAN HARAPAN.

Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita.

B. HARAPAN DAN CITA-CITA

Harapan hampir mirip dengan cita-cita, hanya saja biasanya cita-cita itu adalah sesuatu yang diinginkan setinggi-tingginya, sedangkan harapan itu tidak terlalu muluk. Meskipun demikian, harapan dan cita-cita memiliki kesamaan, yaitu :
1. Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud.
2. Pada umumnya baik cita-cita maupun harapan adalah menginginkan hal yang lebih baik atau lebih meningkat.

C. SEBAB-SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN

Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan, yaitu :
1. Dorongan Kodrat
Kodrat adalah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terwujud dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, sedih, dan bahagia.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, dan hidup bersama dengan manusia lain.
Dengan kodrat inilah, manusia memiliki harapan.
2. Dorongan Kebutuhan Hidup
Manusia memiliki kebutuhan hidup, umumnya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya.
Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan atau kebutuhan manusia itu adalah :
a. Kelangsungan hidup (survival).
b. Keamaanan (safety).
c. Hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and loved).
d. Diakui lingkungan (status).
e. Perwujudan cita-cita (self-actualization).
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka manusia mempunyai harapan. Karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

D. PENGERTIAN KEPERCAYAAN

Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena hasil penyelidikan sendiri, melainkan karena diterima orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang itu dipercaya. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberikan Tuhan, baik langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang dipercaya karena ucapannya”.

3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, dan milik rakyat. Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya kewajiban.
Karena itu jelaslah bagi kita, baik teori maupun pandangan teokratis atau demokratis negara pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Sehingga wajar jika manusia sebagai warga negara percaya kepada negara dan pemerintah.
5. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka manusia harus percaya kepada Tuhan.

E. KEBENARAN

Kebenaran sangat penting bagi manusia, karena memiliki arti khusus bagi hidupnya. Kebenaran merupakan fokus dari segala pikiran, sikap dan perasaan.
Menurut Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” sebuah pengantar populer, ada 3 teori kebenaran, yaitu :
1. Teori Koherensi atau Konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koherensi atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

2. Teori Korespondensi
Yaitu suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyataan benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkoresponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.

3. Teori Pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

STUDI KASUS :  
 Manusia mempunyai harapan dan kepercayaan masing-masing. Dengan adanya harapan manusia jadi mempunyai suatu arti hidup di dunia ini. Harapan setiap manusia pasti ingin menjadi sukses dan hidup bahagia. Untuk menjadi sukses n hidup bahagia setiap manusia mempunyai jalan yg berbeda untuk mencapai nya ada yg dengan jalan lurus dan juga ada yang dengan melalui jalan berbelok-belok. Hidup ini tak selama nya lurus seperti apa yang kita harapkan, ada saja liku-liku dalam kehidupan. Satu hal lagi, apabila kita mau mewujudkan harapan itu dengan kenyataan nya kita harus mempunyai rasa suatu kepercayaan di dalam hati kita karena itu salah satu dasar untuk kita mencapai sukses. 

OPINI :
Setiap manusia harus mempunyai sebuah harapan di dalam hidupnya karena kalau tidak ada harapan berarti sm saja orang itu telah mati dalam hidupnya. Harapan manusia itu semuanya sama yaitu mereka ingin menjadi sukses dan bahagia di dalam kehidupan nya. Untuk mencapai itu semua, manusia tidak bisa hanya cuma dengan omongan di mulut saja tapi harus di buktikan dengan perbuatan dan tindakan nya. Harus di dasari juga dengan rasa kepercayaan dari diri kita sendiri maupun orang lain. Dan harus percaya juga dengan kebesaran allah karena tanpa bantuan beliau usaha kita akan percuma maka dari itu kita harus terus berdoa dan mendekatkan diri kepadanya.